KERENDAHAN HATI
Shalom, pada surat Filipi 2:9 Allah meninggikan Yesus dan Yesus memiliki kekuasaan, “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama,”. Beberapa orang hanya ingin ditinggikan dan mempuyai kekuasaan dan tidak mau mengikuti prosesnya. Perlu kiranya kita bercermin kepada pribadi Yesus yang datang ke dunia bukan dalam rangka mencari pujian atau penghormatan dari manusia, melainkan karena mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang dan terbelenggu dosa supaya beroleh kelepasan dan kemenangan. Dia datang ke dunia guna membuka jalan supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh keselamatan dan kehidupan kekal. Lalu apa yang dapat diteladani dari perjalanan hidup Yesus untuk berkenan di hadapan-Nya?
Sebagai manusia kita cenderung suka sekali beroleh pujian, sanjungan dan acungan jempol dari orang lain atas segala jerih payah dan prestasi yang telah kita torehkan. Kerap kita 'membusungkan dada' ketika menyadari bahwa pelayanan kita lebih berhasil, gereja kita lebih 'besar' dibanding gereja lain, perusahaan kita paling bonafide atau segala sesuatu yang ada pada diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan dengan orang lain di sekitar kita. Firman Tuhan mengingatkan, "Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan." (2 Kor. 10:18). Adalah sia-sia belaka bila kita meninggikan diri sendiri dan beroleh pujian manusia apabila hidup kita tidak berkenan di hadapan Tuhan!
Selama berada di bumi Yesus memang melakukan banyak mujizat, tetapi Dia melakukan semua itu bukan untuk mempromosikan diri atau unjuk kebolehan agar namaNya makin dikenal banyak orang dan beroleh pujian, melainkan untuk menggenapi rencana Allah. Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Sekalipun Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Ia "...tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Fil. 2:6-7). Kristus sendiri telah manjadi hamba karena itu kita juga harus mengikuti teladan Kristus. Yesus bukan hanya menjadi hamba seperti manusia, bahkan lebih rendah daripada hamba karena Ia mati disalib, kematian yang paling terkutuk dalam budaya pada masa itu. Yesus menjadi manusia saja sudah merupakan perendahan hati yang luar biasa, apalagi jika Ia mati terkutuk karena manusia. Dia tak haus pujian dan penghormatan, bahkan rela merendahkan diriNya dan menderita di atas kayu salib. Walau diperlakukan tidak adil dan dianggap sama seperti penjahat sekali pun, Yesus tidak pernah membalas. Direndahkan begitu rupa pun Yesus tetap taat kepada Bapa. "Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan." (Ams. 18:12).
Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau melihat kehidupan Kristus selama menghambakan diri di dunia. Konsep tuan dan hamba melekat kuat dalam diriNya. Ia adalah hamba Allah yang dipilih untuk melayani manusia. Kesadaran ini membuatNya rendah hati untuk tetap setia di dalam menghadapi penderitaan dan kematian. Ia mengabdi sepenuhnya kepada Allah. Kalau kita berpikir sejenak apakah ada motivasi dibalik perhambaan diri Kristus? Apa alasan Yesus mau datang ke dunia, menderita, mati untuk manusia? Apakah Dia mencari “nama di atas segala nama,” apakah ia mencari kemuliaan, apa yang Kristus dapatkan dengan tindakanNya itu? Ia telah memiliki segalaNya. Ia tidak kekurangan apa pun. Ia sempurna dan tidak membutuhkan atau bergantung pada apa pun. Ia melakukan semuanya karena itu kehendak BapaNya. Ia bukan berharap sesuatu dari kita, tetapi justru Ia memberi kepada kita dengan tidak terbatas. Tuhan Yesus Memberkati. Amin!